Monday, September 15, 2008

KEDUDUKAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DILIHAT DARI ASPEK PSIKOLOGI

Sejak pertama kali lahir, manusia telah dikenalkan dengan ajaran agama. Mereka mulai dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang mendasar sebagai awal perkenalan dan membuka wawasan tentang agama. Di dalam agama Islam, setiap bayi yang lahir akan dilakukan ritual adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Hal itu dilakukan dengan maksud agar kata yang pertama kali didengar adalah kata pujian untuk Allah SWT. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian nama yang baik, karena nama merupakan do’a untuk orang yang dinamai. Mereka diberi makanan yang bersih dan suci, dilakukan pencukuran rambut dengan tujuan agar mereka menyukai kebersihan, keindahan, ketampanan yang kesemuanya itu disukai Allah SWT. Dalam ajaran agama Islam telah dijelaskan hal itu semua mulai dari bayi sampai ajal tiba.

Kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga tidak bisa lepas dengan agama. Agama berkedudukan sebagai benteng kesehatan mental dan bersikap serta berperilaku menghapai setiap pelik masalah yang menimpa. Agama merupakan makanan untuk memenuhi kehausan jiwa, karena antara jiwa dan agama memiliki korelasi yang kuat. Jika kebutuhan jiwa terpenuhi maka akan tercipta sebuah perasaan yang tenteram dan damai. Agama berperan dalam mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan agar lebih bermakna dalam arti yang luas.

Ditinjau dari sisi psikologis, bahwa tingkah laku yang dimunculkan manusia bersumber dari gejala kejiwaan yang mereka alami. Perilaku manusia yang dimunculkan dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ketika seorang berjumpa saling mengucapkan salam, hormat kepada orang tua dan guru, menutup aurat merupakan gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui jiwa agama.

Dengan ilmu jiwa, seseorang akan mengetahui seberapa besar tingkat keagamaan yang mereka hayati, pahami, dan mereka amalkan. Kita semua sepakat bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, selalu berpikir, merasa, serta mempunyai kehendak. Perilaku yang dilakukan merupakan buah dari apa yang dipikir, dirasa, dan yang dikehendakinya. Manusia juga bisa menjadi subjek dan objek sekaligus, disamping dia bisa menghayati pengalaman agamanya sendiri,meraka juga dapat meneliti keberagamaan orang lain. Secara psikolgis agama mempunyai makna yang berbeda-beda / subjektif, intern dan individual tergantung kepada seberapa besar amalan dan penghayatannya terhadap agama. Bagi beberapa orang agama adalah ritual ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, bagi sebagian yang lain agama adalah pengabdian diri kepada sesama manusia dan makhluk hidup yang lain sehingga mereka akan berperilaku baik. Bagi penulis sendiri agama merupakan ajaran yang kompleks yang di dalamya berisi aturan-aturan yang mengarahkan, membimbing, menuntun manusia agar bahagia di dunia dan akhirat. Tidak hanya itu saja, agama juga memberikan uraian tentang alam dan segala isinya.

Jadi pengertian agama sangatlah kompleks. Psikologi agama mencoba menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku manusia. Psikologi mampu menguak keberagamaan seseorang bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Aliran Psikolanalisa keberagamaan merupakan bentuk gangguan kejiwaan, bagi Aliran Behaviorisme, perilaku keberagamaan tidak lebih dari sekedar perilaku karena manusia tidak memilki jiwa. Aliran kognitif mulai menghargai kemanusiaan, dan Aliran Humanisme sudah memandang manusia sebagai makhluk yang mengerti akan makna hidup, sehingga aliran ini lebih dekat dengan agama.

Lalu, apa sebenarnya arti dari agama? Menurut Drs. H. Achmad Gholib, MA dalam bukunya “Studi Islam” menjelaskan bahwa definisi agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Menurut Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan bahwa agama merupakan aturan yang bersumber langsung dari Tuhan, yang diperuntukkan untuk manusia karena manusia dikaruniai oleh akal yang dapat menerima peraturan-peraturan Tuhan yang akan membawanya kepada kebaikan, keselamatan dan kehagiaan di dunia dan akhirat.

Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat diasumsikan bahwa agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus di pegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari-hari dan berasal dari sumber yang lebih tinggi dari manusia. Suatu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera.

Menurut Harun Nasution, agama mempunyai empat unsur penting :

1. Kekuatan gaib manusia : manusia merasa bahwa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai temapat meminta tolong dan berlindung. Oleh sebab itulah manusia mengadakan hubungan baik dengan kekuatan baik tersebut dengan mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan gaib tersebut.

2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung adanya hubungan baik itu.

3. Respons yang bersifat emosional dari manusia, seperti perasaan takut dan cinta.

4. Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Dari pengertian terakhir ini ditegaskan bahwa agama adalah aturan Tuhan, yang ditujukan bagi manusia, karena manusialah yang dianugerahi akal. Akal yang dapat menerima peraturan-peraturan Tuhan yang akan membawa manusia kepada kebaikan, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Manusia di dunia ini sangat membutuhkan agama sebagai pegangan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Abudin Nata dalam bukunya “ Metodologi Studi Islam “ ada tiga alasan perlunya manusia terhadap agama :

1. Latar belakang fitrah manusia

Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia. Allah SWT berfirman dalam surat al-Rum, 30:30).

“ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu “

2. Kelamahan dan kekurangan manusia

Manusia memiliki keterbatasan akal untuk menentukan hal-hal di luar kekuatan pikiran manusia itu sendiri, dan juga manusia merupakan makhluk lemah yang sangat memerlukan agama.

3. Tantangan manusia

Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, dan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berusaha memalingkan manusia dari Tuhan.

Agama berfungsi untuk membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia dan akhirat, mempererat hubungan sosial dan kemasyarakatan, dan penawar bagi tekanan jiwa.

Manusia memiliki dua jenis kebahagiaan. Pertama, yang berhubungan dengan inderawinya dengan objek eksternal, seperti kebahagiaan yang diperoleh melalui pengecapan lidah dan indera peraba seperti kontak fisik. Kedua, kebahagiaan yang berhubungan dengan kedalaman ruh dan kesadaran manusia, yang tidak ada kaitannya dengan tubuh-tubuh tertentu. Kebahagiaan ini termasuk kebahagiaan menyembah Tuhan / shalat.

Pengaruh kedua dari keyakinan keagamaan dalam masalah hubungan sosial kemasyarakatan adalah untuk memaksa orang untuk melaksanakan kewajiban yang telah disepakati bersama demi terwujudnya ketertiban masyarakat.

Peranan yang ketiga sebagai penawar bagi tekanan jiwa yang gelisah, stress atau gundah gulana. Kehidupan manusia kita sukai atau tidak mengandung penderitaan, kesedihan, kegagalan, kekecewaan, kehilangan, dan kepahitan. Disinilah peran agama mulai dibutuhkan. Dengan adanya pengalaman agama yang kuat maka manusia akan terhindar dari tekanan yang dapat membelunggu kehidupannya. Meraka sadar bahwa semua yang terjadi dalam dunia ini adalah sebagai cobaan untuk menguji keimanan dan mereka yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya.

Bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar penyakit mental yang disebabkan oleh kerusakan psikolgi dan kepahitan kehidupan ditemukan diantara orang-orang yang tidak beragama. Orang-orang yang beragama, bergantung pada seberapa jauh ketetapan hatinya kepada agamanya, seringkali terlindungi dari penyakit-penyakit seperti itu. Karenanya salah satu akibat kehidupan kontemporer yang bersumber dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah meningkatnya penyakit saraf dan psikologis.(Achmad Gholib, Studi Islam, Faza Media, Jakarta, 2006 )

Referensi :

Nata, Abudin. 1998 . Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azhari, Akyas. 2004 . Psikologi Umum & Perkembangan. Jakarta:

Gholib, Achmad. 2006 . Studi Islam. Jakarta: Faza Media

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mampir. Mari berbagi pandangan, inspirasi dan ilmu pengetahuan.