Thursday, March 3, 2011

Gangguan Kepribadian : Perspektif Psikologi Islam


Sering kita mendengar istilah gangguan kepribadian, orang berkepribadian ganda. Terkadang kita sering mendengar orang memberikan label kepada orang lain bahwa tidak punya kepribadian. Lalu, apa sih sebenarnya gangguan kepribadian? Berdasarkan perspektif psikologi Islam, gangguan kepribadian adalah serangkaian perilaku manusia yang menyimpang dari fitrah asli yang murni, bersih dan suci, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sejak zaman azali (Mujib, 2007). Gangguan tersebut dapat menyebabkan rusaknya jiwa sehingga jiwa menjadi kosong, hati akan mati, walaupun secara fisik terlihat gagah dan sehat. Individu yang mengalaminya akan mengalami kekosongan kalbu, gelisah, gersang, dan tidak dapat menikmati kehidupannya.
            Dalam konsep islam istilah gangguan kepribadian ini sering diidentikkan dengan akhlak tercela, yaitu perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama.  Dalam persepektif psikologi islam sendiri gangguan kepribadian diartikan sebagai perilaku yang berdosa dan merupakan penyakit hati yang dapat menggangu realisasi dan aktualisasi diri seseorang (Mujib, 2007). Dari pengertian tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa perilaku dikategorikan sebagai gangguan kepribadian Islam jika berbau dosa, jika tidak maka belum bisa dikatakan sebagai gangguan kepribadian dalam Islam. Gangguan kepribadian yang mengarah kepada perilaku buruk sering dikenal dengan istilah psikopatologi. Dalam konsep psikologi Islam sendiri, psikopatologi diakibatkan oleh kefitrian qalbu manusia hilang, karena qalbu menjadi pusat kepribadian manusia. Selain itu, psikopatologi bersumber dari dosa (guilty feeling) dan perilaku maksiat.  Dalam Islam psikopatologi ini dikenal dengan istilah penyakit hati. Antara dosa dan psikopatologi merupakan hubungan yang sangat dekat dan erat, karena dosa merupakan sumber dari psikopatologi. Dosa mengandung dua unsur psikopatologi, pertama adalah simptomatis (al-mas`alah al-maradhiy), yang mana individu merasa bimbang, resah, gelisah, konflik dan cemas dalam dirinya. Kedua, masalah penyesuaian diri (al-mas`alah al-tawafuq al-nafsî), yang mana individu merasa teralienasi (tanfir) dengan lingkungannya (al-bi`ah).
اَلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس
Dosa adalah apa yang dapat  membimbangkan hatimu dan engkau merasa benci apabila perbuatan itu diketahui oleh orang lain.” (HR. Muslim dan Ahmad dari al-Nawas ibn Sim’an al-Anshari).