Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah stres, bahkan kita sering mengalami stress. Sebagai seorang mahasiswa mungkin kita akan merasa stres jika kita mendapatkan tugas yang banyak dengan deadline yang sama, nilai ujian kita jelek, atau hubungan antar teman yang kurang harmonis. Namun, apa yang yang dianggap stres oleh sebagian orang, mungkin menurut orang lain beda. Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengatasi setiap masalah yang mereka hadapi. Bahkan, reaksi orang terhadap stres yang mereka hadapi sangatlah berbeda. Sebagian orang yang menghadapi stres mengalami masalah psikologis atau fisik yang cukup serius, sebagian orang tidak mengalami masalah apa-apa, bahkan ada beberapa orang menganggap bahwa peristiwa tersebut sebagai hal yang menantang dan menarik baginya.
Banyak ahli yang mendefinisikan apa itu stres. Menurut Lazarus dan Folkman, stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Sedangkan menurut Den Weitan, stres merupakan reaksi fisiologis dan psikolois yang terjdi ketika seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan keadaan yang terjadi. Dengan demikian stres mengakibatkan pengaruh terhadap seseorang yang dianggap tidak mampu dalam menyelesaikan atau menyeimbangkan keadaan yang dihadapi pada dirinya.
Stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik dan psikologisnya. Peristiwa tersebut kita kenal dengan stresor dan respon terhadap peristiwa tersebut kita sebut respon stres. (Wijaya Kusuma, 2005 ). Peristiwa yang dianggap stres terjadi jika sudah berada diluar kendali, tidak dapat diprediksi, dan menantang batas-batas kemampuan manusia sehingga menimbulkan konflik internal dalam diri sesorang karena tujuan yang bertentangan. Menurut teori psikoanalisa setiap manusia memilki konflik bawah sadar, dan beberapa orang menganggap konflik tersebut lebih berat dan banyak jumlahnya sehingga menganggap konflik tersebut sebagai stres. Apabila konflik tersebut tidak dapat ditangani maka akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam diri individu dan memicu timbulnya stres.
Secara umum penyebab utama stres ada tiga yaitu dari lingkungan, badan, dan pikiran. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling potensial karena lingkungan menuntut kita untuk bisa memenuhi tantangan yang ada misalnya bencana alam, kemacetan, dikejar waktu, hubungan antar manusia, masalah pekerjaan, dan terkadang kita dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, keuangan, dan hilangnya orang yang kita cintai. Faktor yang kedua terjadi saat terjadi perubahan faali atau hormon dalam tubuh kita sebagai contoh perubahan saat masa remaja dimana terjadi fluktuasi hormon tertentu. Selain itu, terjadinya penyakit, makanan yang tidak sehat, kurang olahraga dan kurang tidur memacu timbulnya stres. Faktor pikiran merupakan faktor yang sering dikaitkan dengan timbulnya stres. Biasanya pikiran yang mengganggu adalah pikiran yang negatif yang selalu menghinggapi dalam benak kita setiap waktu, misalnya ketakutan yang berlebihan akan menimbulkan
Stres mempunyai dampak yang serius bagi orang yang menghadapinya jika tidak segera ditangani. Secara psikologis, stres akan menyebabkan kecemasan, kemarahan dan agresi, apati dan depresi dan gangguan kognitif. Emosi dan rangsangan psikologis di atas sangatlah tidak nyaman sehingga memacu setiap orang yang mengalami stres untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses yang digunakan sesorang yang menangani tuntutan yang mengalami stres dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah). Coping kita kenal mempunyai dua bentuk utama yaitu strategi terfokus masalah dan strategi terfokus emosi. Orang yang memfokuskan pada masalah atau situasi spesifik yang terjadi , sambil mencoba menemukan cara untuk merubahnya atau menghindarinya dikemudian hari berarti menggunakan strategi terfokus masalah dalam menyelesaikan stresnya, sedangkan orang yang menghilangkan emosi yang terkait dengan situasi stres berarti menggunakan strategi fokus emosi. Namun, ada banyak orang yang mengguanakan keduanya untuk mengatasi situasi stres yang dialaminya.
Dalam kasus ini penulis mencoba meganalisa hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan seorang mahasiswa Paramadina. Dia merupakan pendatang di kota Jakarta dan berusia 20 tahun. Dalam kehidupannya sekarang dia berusaha beradatasi dengan lingkungan barunya yang sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya.
Teknik wawancara yang saya lakukan tanpa adanya persiapan, artinya tanpa adanya janji terlebih dahulu karena penulis menganggap bahwa jawaban yang diberikan akan mengalir apa adanya, tanpa adanya unsur kebohongan dalam menjawabnya.
Dari wawancara tersebut, penulis mendapatkan empat macam stres yang dialaminya selama beberapa hari terakhir, yaitu sebagai berikut :
1. Banyaknya tugas kuliah yang menuntut sempurna. Sementara yang mereka alami sekarang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Dulunya, mereka berada dalam lingkungan keluarga yang senantiasa membantunya setiap saat, dan sekarang dituntut mandiri karena jauh dari orang tua. Masalah ini dia selesaikan dengan cara berusaha menyelasaikan tugas tersebut dengan bertanya kepada teman-temanya yang dianggap pintar dan berusaha mencari referensi yang terkait dengan tugas tersebut.
2. Belum bisa beradaptasi dengan lingkuangan yang baru. Untuk mengahadapi masalah yang satu ini, dia selesaikan dengan cara berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan bila tidak ada hasilnya maka mencari jalan aman adalah satu-satunya yaitu dengan menghindari lingkungan tersebut dan mencari lingkungan yang cocok dan membuat nyaman.
3. Masalah keuangan yang selalu defisit. Untuk masalah yang satu ini diselesaikan dengan cara menyusun anggaran, menghemat pengeluaran, mencari peluang bisnis. Namun, terkadang jika hal tersebut tidak bisa teratasi maka jalan yang ditempuh adalah memboroskan uang untuk memuaskan diri.
4. Prestasi belajar yang menurun merupakan masalah yang menyebabkan stres terakhir. Karena dengan prestasi menurun menimbulkan kecemasan dan ketakutan tidak bisa memenuhi target yang dia harapkan. Respons yang dilakukan adalah dengan belajar, instrospeksi diri tentang materi yang belum dikuasai.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa yang dilakukan untuk mengatasi masalah termasuk dalam startegi terfokus masalah karena hampir semua yang dilakukan untuk mengatasi stres yang dialaminya dengan cara mementukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, dan memilih alternatif tersebut menjadi suatu hal yang bermanfaat.
Sumber bacaan :
Kusuma, Wijaya.2005. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, jilid 2. Batam: PT. Interaksara
Wade, Carol dan Carol Tavris.2007. Psikologi,Edisi kesembilan, jilid 2. : PT. Gelora Aksara Pratama
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mampir. Mari berbagi pandangan, inspirasi dan ilmu pengetahuan.