Bila Anda digaji Rp 10.000.000,00
oleh perusahaan. Namun Anda bekerja seperti bergaji Rp 20.000.000,00, maka
Allah akan membayar lebihnya dengan kesehatan, karir, keluarga sejahtera dan
semisalnya. Namun, bila Anda bekerja seperti orang bekerja seperti orang
bergaji Rp 5.000.000,00 maka Allah pun akan menuntut sisanya dengan memberimu
kesusahan hutang, kesempitan dan semisalnya. Jadi, bekerjalah maksimal,
ikhlaslah, yakinlah dan perhatikan apa yang akan Alah buat untuk kejayaanmu.
(Haikal Hasan)
Tulisan
dari Bapak Haikal Hasan di atas saya baca di salah satu postingan FB rekan saya
Reva. Membaca itu saya teringat sebuah pengalaman ketika saya ikut serta dalam
Job Fair di beberapa tempat yaitu ITB, UI dan BINUS bersama tim Human Capital
Development MidPlaza Holding.
Human Capital Development Team; Job Fair ITB Tahun 2014 |
Beberapa
kali ikut serta membuka lapak lowongan pekerjaan untuk MidPlaza Holding
tersebut, ada perasaan senang dan sedih. Senang karena mendapat pengalaman
selama melayani job seeker dalam event tersebut. Jujur, pengalaman ini adalah
pertama kali saya alami. Sebelumnya, saya tidak pernah mengikuti jobfair sama
sekali karena biasanya saya melamar pekerjaan dengan mengirim aplikasi via
online. Selain senang, ada perasaan sedih dan miris melihat fakta yang ada. Sedihnya
adalah menyaksikan fakta dimana banyak sekali jobseeker yang hadir setiap harinya,
rela antri dan berbondong-bondong untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka
mimpikan.
Sumber Gambar : http://projects.ajc.com/gallery/view/business/atlanta-job-fair/3.html |
Lebih
sedih lagi ketika tahu mereka lama menganggur dan belum mendapatkan pekerjaan.
Terlepas dari rezeki dan pekerjaan sudah diatur oleh Tuhan, yang pasti jumlah
jobseeker tiap tahun semakin banyak. Sedangkan, kesempatan pekerjaan yang ada tidak
sebanding dengan jumlah pencari kerja yang terus menerus meningkat. Bayangkan,
setiap kali pulang dari jobfair kita membawa aplikasi sejumlah ribuan,
sedangkan yang kita buka posisinya tidak lebih dari seratus posisi. Lalu
sisanya kemana? Mereka masuk ke daftar list yang tidak lolos screening berkas.
Binus Job Fair 2014; |
Lalu,
apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kondisi di atas?
Saat
itu juga saya merasa sangat bersyukur atas apa yang saya dapatkan. Saya
membayangkan ketika diposisi mereka, job seeker yang rela antri,
berdesak-desakan, keluar masuk booth untuk melamar pekerjaan, bersaing dengan
seluruh pengunjung yang ada. Panas, sesak, penuh, antrian panjang, menaruh CV,
mengisi form lamaran dan sebagainya. Mereka berjuang memberikan waktu, tenaga
dan materi demi memperoleh pekerjaan.
Mereka
semua membawa energi dan semangat baru untuk mendapatkan pekerjaan. Saya
percaya diantara mereka adalah lulusan-lulusan terbaik di kampusnya,
talenta-talenta muda yang siap mengisi posisi yang ada. Siap memberikan warna
baru untuk perusahaan dimana kita bekerja.
Lalu,
apa hubungannya mereka dengan kita?
Jelas
ada hubungannya. Mari tanyakan kepada diri kita. Sudahkah kita memberikan yang
terbaik selama kita bekerja? Atau malah sebaliknya? Apakah kita mengeluh dengan
pekerjaan kita? Mengeluh atas gaji yang kita peroleh? Mengeluh atas beban kerja
dan tantangan kerja yang kita hadapi?
Tidakkah
kita berpikir bahwa di luar sana begitu banyak orang yang siap menggantikan
posisi kita? Ketika kita berhenti bekerja, perusahaan tinggal mencari pengganti
kita. Adakah alasan untuk kita bekerja biasa-biasa saja? Padahal kita tahu
bahwa apa yang kita berikan, itulah yang akan kita dapatkan.
Memang
tidak semua dari kita sadar atau bahkan terlena dengan keadaan sehingga menjadi
pribadi yang biasa-biasa saja. Buat apa kerja keras, toh tiap akhir bulan,
rekening bertambah. Buat apa berdedikasi, yang lain juga tidak menunjukkan
dedikasi yang lebih? Ikut sajalah yang lainnya. Gampang, gak ribet-ribet amat.
Apakah
kita berpikir demikian juga?
Setuju
dengan apa yang dikatakan Prof. Renald Kasali dalam buku self-driving bahwa
dari sejumlah orang yang menekuni profesi tertentu, hanya kurang dari 2% yang
benar-benar serius dan mengembangkan dirinya. Yang lain terperangkap dalam
mentalitas penumpang yang memilih untuk menunggu. Memilih untuk diam, menjadi
biasa-biasa saja. Padahal, jika kita mau berusaha, melakukan perubahan,
memberikan sesuatu yang lebih dibandingkan orang lain. Kita akan mendapatkan
lebih dari yang orang lain dapatkan.
Coba
kita analogikan bersama. Jika kita diberikan tanggung jawab 10 di perusahaan.
Kenapa kita tidak berusaha memberikan 20, 30 atau 50? Mengapa kita hanya
memberikan 10 kalo kita bisa memberikan lebih? Tidakkah kita berpikir bahwa
semakin banyak kita berkonstribusi dalam pekerjaan kita, kita akan menabung
sekaligus menciptakan peluang untuk terus tumbuh dan bekermbang. Peluang karir
terbuka lebar bukan?
Kita
mungkin sepakat bahwa mereka yang dikatakan sebagai Talent adalah mereka yang
memiliki karakter bagus artinya memiliki mental sebagai seorang drivers (supir).
Pribadi yang suka dengan tantangan baru, melihat tantantangan sebagai peluang,
selalu belajar tentang hal baru, jujur, penuh tanggung jawan, integritas dan
komitmen dalam menjalankan pekerjaannya.
Selain
karakter diri yang bagus, mereka juga menunjukkan performa yang bagus. Artinya
mereka mampu menunjukkan bahwa mereka bisa bekerja dengan memberikan lebih dari
apa yang diharapkan.
Jadi,
mau pilih yang mana? Pegawai biasa? Pegawai luar biasa? Pilihan ada di tangan
Anda! Tunjukkan bahwa Anda memiliki potensi untuk tumbuh berkembang dan siap
menerima segala tantangan.
Jakarta,
26 Januari 2015
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mampir. Mari berbagi pandangan, inspirasi dan ilmu pengetahuan.