Sunday, October 14, 2012

Hari Pertamaku PPM di SD 3 Cikaobandung


Pagi ini merupakan pagi pertama aku dan calon Pengajar Muda mendapatkan tugas untuk PPM (Pengalaman Praktek Mengajar). PPM ini dilakukan sebagai sarana buat kami untuk mencicipi bagaimana mengajar dan berinteraksi dengan siswa-siswa sekolah SD. Berbeda dengan konsep belajar dan bermain, PPM ini sebenarnya adalah miniatur kecil dari apa yang akan kita lakukan nanti di SD Penempatan. Simulasi ini pada dasarnya memberikan banyak pelajaran buat kami semua. Pelajaran yang mungkin “tidak dirasakan” bagi mereka yang tidak  ingin merasakan. Namun, bagi mereka yang “tidak berusaha merasakan”, pengalaman ini akan berlalu begitu saja seiring berjalannya waktu PPM berlangsung.

Bagiku pribadi, PPM ini memberikanku ruang untuk terus belajar. Belajar mengerti siswa, belajar bagaimana berinteraksi di lingkungan baru, berinteraksi dengan orang-orang baru, belajar bagaimana bersikap, berperilaku dan berucap dengan orang-orang di lingkungan baru, belajar bagaimana menjadi guru yang ideal, belajar bagaimana beradaptasi, beelajar bagaimana menyiapkan sarana pembelajaran dan bagaimana mengajar dan banyak hal yang lainnya. Jadi kalo boleh aku rangkum dalam sebuah kata, PPM ini adalah sarana “belajar” buat aku pribadi dan pasti buat teman-teman CPM lainnya.

Di hari pertama ini, aku dan kelima temanku yaitu Vino, Fajar, Tika dan Rachma sampai di Sekolahan  lebih dari jam 7 pagi karena kesasar. Supir angkot yang mengantarkan kamipun tidak tahu dimana SD Cikao 3 berada. Sementara si Fajar yang dulunya pernah survey ke SD tersebut juga lupa-lupa ingat alamat SD itu. Akhirnya kami bertanya di sepanjang jalan ketika ada orang dan hasilnya juga berbeda-beda yang menjadikan kami kesasar. Orang pertama menunjukkan masih lurus terus sampai ujung, sementara setelah sampai di ujung bertanya lagi, jawabannya adalah harus berbalik arah. Tapi kami sampai sekolah jam tujuh lebih lima belas menitan. Tapi Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di sekolahan.

Sesampainya disana, kami langsung menuju ruang guru (kantor) untuk berkenalan dengan guru-guru di sana. Kamipun memperkenalkan diri kami dan maksud kedatangan kami sekaligus memberitahukan bahwa kami akan mengajar di sekolah ini selama seminggu dari Senin sampai Sabtu minggu depan. Sembari ngobrol panjang lebar dengan saling menggali satu sama lain,  bertanya tentang pengalaman-pengalaman guru,  tentang sekolahan dan lain sebagainya. 

Setelah panjang lebar ngobrol kami akhirnya mencoba melakukan negosiasi masalah jam ngajar selama seminggu kedepan. Sebenernya tidak ada kesulitan untuk meminta jam mengajar di sana karena minggu depan sekolah sedang class meeting (kegiatan setelah UTS). Sekolah memiliki kebijakan untuk bisa masuk ke kelas kecil yaitu kelas 1,2,3 untuk di isi di hari senin sampai kamis depan. Kelas besar yaitu 4,5,6 tidak bisa kami isi dengan materi karena mereka harus lomba di SD Jatimekar (SD satu gugus dengan SD Cikao 3 dimana kami mengajar nantinya).

Tidak  membuang waktu, kami langsung mencatat jadwal pelajaran semua kelas dan langsung membagi alokasi mata pelajaran yang bisa kami masuki secara adil dengan teman-teman satu TIM. Alhamdulillah, setelah scheduling selesai kamipun langsung berhubungan ke wali kelas atau guru masinng-masing mata pelajaran untuk bertanya sudah sampai manakah pelajaran sebelumnya dan meminta saran untuk minggu depan, kami harus mengajar tetang pokok bahasan yang mana. Dalam aktivitas ini kami akhirnya mendapatkan buah tangan berupa Silabus, Buku Pelajaran dan contoh RPP  yang mereka buat sebagai bahan untuk kami. Alhamdulillah mereka begitu welcome kepada kami sehingga kami merasa terbantu dengan kerjasama beliau semua.

Setelah kami ngobrol, mencatat dan menulis SK-KD dan Indikator dalam RPP beliau semua, kami akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan masuk ke kelas-kelas sembari menyapa anak-anak yang akan kami ajar nanti. Kami juga berkenalan sekaligus mengajak mereka semua untuk hadir di acara KBB (Kegiata Belajar dan Bermain) yang kami adakan di lingkungan Camp kami sabtu besok. Kami juga mencoba mengajak mereka untuk bermain pramuka hari sabtu depan. Namun, kami hanya ingin elihat antusiasme anak-anak. Jika memang banyak yang berminat, maka kami akan adakan latihan pramuka untu sabtu depan, begitu sebaliknya. Namun, ternyata beberapa anak kelas 5 dan 6 banyak yang ingin bergabung, jadi kemungkinan besar Pramuka minggu depan kami akan adakan.

Itulah gambaran aktivitas kami selama Penjajakan di hari pertama kami PPM di SD Cikao 3. Pengalaman seminggu kedepan akan menjadi pengalaman yang berharga buat aku pribadi dan kami semua. Semoga kami bisa mengambil banyak pelajaran dan belajar banyak hal melalui kesempatan ini.

Jarak


Ketika jarak menjadi variabel dalam hidupku
Aku termenung penuh rindu
Pikiranku terbang membawaku ke sebuah masa
Masa dimana aku begitu dekat,
Masa yang menjadikanku tersenyum hebat

Ketika jarak berbicara kepadaku,
Akupun tak banyak cakap dan laku,
Tak bisa berucap langsung tentang apa yag ada dala pikiran dan relung kalbu,

Ketika jarak bersama dalam makananku,
Akupun ingin suatu ketika bisa berbagi cerita, berbagi rasa sembari menikmati sejuta rasa yang ada,

Ketika jarak menyelinap dalam aktivitasku,
Akupun mulai merasakan rasa rindu yang merasuki nadi dan aliran darahku,

Ketika alat komunikasi berubah menjadi seonggok batu,
Pikiranku serasa penuh akan bayang-bayang semua yang bisa aku temui dalam setiap bunga tidurku,

Dan ketika jarak menemani tidur lelapku,
Aku terbawa akan masa lalu indah yang mengantarkanku, membawaku dan merubah garis hidupku,

Namun aku begitu tahu
Jarak hati ini tak akan pernah jauh,
Karena hati kita  satu..

Purwakarta,
14 Oktober 2012
Pukul 02.00 WIB

Aku dan Kamu



Mungkin bukan sebuah kebetulan,
Kita bisa bertemu, belajar, bermain dan menghabiskan waktu,
Menikmati hari, menyaksikan indahnya malam,
bercengkerama dan bercerita sambil berbagi cinta

Aku ingin menjadikanmu angin,
Yang menyejukkan dan menyegarkanku ketika panas terik mentari menyambangi langkahku,

Aku ingin menjadikanmu nadi darahku,
Yang menjadikanku bisa selalu bersamamu dalam setiap iringan kalbu,

Aku dan kamu
Semoga bisa saling mengingatkan,
Akan sebuah kata, cita—cita mulia, perilaku yang beretika,
Karena aku dan kamu begitu tahu bahwa etika adalah modal dasar untuk sukses dimanapun kita berada nantinya,

Kamu...
Akan selalu mewarnai kanvas hidupku,
Warna yang melengkapi keindahan yang sudah Tuhan anugerahkan dan titipkan,


Purwakarta, 14 Oktober 2012
Pukul 01.30 WIB

Microteaching 2 (Pengeloaan Kelas)


Hari Jum’at, 05 Oktober 2012, merupakan hari kedua bagi kami Calon Pengajar Muda V untuk melakukan microteaching dengan penekanan “Pengelolaan Kelas”. Tugas kita adalah sebagai guru yang akan menyampaikan sebuah materi, namun kelasnya disetting dengan sedemikian rupa untuk menguji keterampilan guru dalam managemen kelas, menguji kesabaran, fleksibilitas dan daya tahan kita.

Sungguh pengalaman yang sangat menarik dan tidak pernah terlupakan karena kita harus memutar otak dan siap tenaga untuk menghadapi segala respon yang ditunjukkan oleh siswa ketika di kelas. Segala macam hal terjadi di kelas, bahkan hal-hal yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya. Berikut gambaran setting kelas yang harus kami jalani dan kuasai sebagai simulasi sebelum kami terjung di lapangan nantinya.



  1. Kelas rame dengan siswa yang aktif
  2. Kelas dengan pembagian peran (siswa pintar yang suka mengatur teman-teman, siswa pendiem, siswa suka menganis, siswa suka tidur, siswa “sok tahu”)
  3. Kelas dengan siswa benar-benar diam dan malu-malu
  4. Kelas dengan siswa yang suka pergi ke toilet sementara siswa yang lain ingin menemani dan ikut dan siswa yang gampang menangis, dicolek sedikit menangis.
  5. Kelas dimana ada salah seorang siswa yang PUP di celana sementara siswa yang lain mengejek-ngejek dan kondisi siswa suka mengajak bercanda gurunya.
  6. Kelas dimana siswanya suka ngomong alay dan gesture tubuh yang alay
  7. Kelas dimana siswa ceweknya genit dan menggoda Bapak Gurunya sementara ada beberapa siswa cowok yang “melambai”.
  8. Siswa dimana tidak fokus dengan pelajaran karena besoknya mereka akan lomba menyanyi sehingga sepanjang pelajaran maunya nyanyi terus-terusan dan tidak mau belajar.
  9. Siswa dimana ada dua orang siswa yang berkelahi sampai guling-gulingan di kelas sementara yang lain bersorak-sorak ria.
  10. Kelas dimana siswa tidak bisa berbahasa Indonesia, yang digunakan adalah bahasa daerah masing-masing.
  11. Kelas dimana bener-benar pasif, sesekali ada helikopter atau pesawat lewat semua kabur keluar ruangan menyaksikan pesawat yang lewat.
  12. Kelas dimana siswanya kecapekan dan mengantu karena abis olahraga dan tidak mau belajar lagi.

Seketika membaca settingan kelas di atas, tentunya bisa dibayangkan betapa unik, menarik, repot, gaduh dan indah suasana kelas yang terjadi. Pengalaman di atas apakah memang terjadi di daerah penempatan nanti? Jawabannya bisa Iya, bisa tidak. Kasus-kasus di atas sebenarnya diambil dari pengalaman para Pengajar Muda di daerah penempatan. Mungkin di daerah satu dengan daerah yang lain akan beda cerita, beda suasana di kelasnya. Tapi itulah gambaran nyata yang terjadi di sebuah kelas belajar SD di luar sana. Tugas kami dan tugas guru adalah melakukan pengelolaan dan management kelas yang baik agar kelas tetap kondusif untuk belajar atau bermain. Agar siswa bisa mengasah bakat, potensi, kesukaan dan kreativitasnya.

Kebetulan di microtaching ke-2 ini aku kabagian kasus dimana siswa tidak bisa berbahasa Indonesia, yang digunakan adalah bahasa daerah masing-masing. Bisa dibayagkan bagaiamana susahnya menyampaikan materi kepada mereka.  Pertama kali masuk, saya sapa anak-anak dengan sapaan “selamat siang anak-anak”, mereka semua diam dan berkata dengan bahasa daerah mereka. Untung ada anak yang dari Jawa dan mereka menjawab dengan bahasa Jawa yang intinya “Bapak bicara apa, aku tidak tahu apa yang Bapak katakan”. Semua berbicara dan aku sendiri tidak tahu apa yang mereka katakan, bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Cina Bahasa Malaysia, Bahasa Sangihe. “Hmmm mampus deh dalam hati aku berkata, gimana mau ngajar kalo komunikasi saja gak nyambung. Mending ngajar anak yang ramai dan gaduh, bisa ditenangkan, kalo kaya gini gimana mau ngajarin”.
 
Untungnya ada anak jawa, jadi saya bisa komunikasi dengan mereka. Bagaimana ini bisa nyampein materi? Aku terus berpikir selama mengajar, akhirnya aku coba dengan simbo-simbol saja. Aku mulai dari lingkaran. Oh iya, dalam microteaching ini aku mengajar tentang konsep pengurangan pecahan dengan penyebut sama. Aku coba menggambar lingkaran dan bertanya satu-satu kepada mereka “Kalo bentuk seperti ini apa namanya?”. Mereka menjawab dengan bahasa mereka sendiri-sendiri. Aku ikutin saja apa kata mereka, alih-alih menambah kosakata baru dengan bahasa yang beragam. Bisa tahu bahasa sunda, bahasa Madura, bahasa Jawa, bahasa Malaysia, bahasa Sangihe-nya “lingkaran”. Setelah itu, aku coba belah lingkaran menjadi dua bagian dan mencoba memperkenalkan konsep pecahan dari situ. Aku coba kenalkan konsep ½ Lingkaran. Aku akhirnya menjelaskan bahwa ½ itu adalah bilangan pecahan. 1 bagian dari keseluruhan yaitu 2 bagian (dari kasus dan contoh yang saya jelaskan). Belum selesai menjelaskan, waktu sudah selesai juga. Plong akhirnya, tapi materi belum tersampaikan.

Hampir dari semua teman-teman belum bisa menyampaikan materi dalam waktu 20 menit yang diberikan karena masih berkutat dengan bagaimana mengelola kelas. Tapi tidak jadi masalah karena disini kita sama-sama belajar agar tidak kaget ketika dipenempatan menjumpai kondisi kelas dengan tipe yang beragam. Kami sangat beruntung diberikan simulasi ini karena kami sendiri butuh latihan untuk mengelola kelas, latihan bagaimana menyiapkan hal-hal sebelum mengajar, bagaimana pengelolaan kelas yang baik, bagaimana menghadapi kelas-kelas yang beragam kondisinya. Selesai microteaching ini kami mendapatkan feedback dan masukan-masukan dari asesor tentang bagaimana yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan ketika mengajar dari gambaran sehari kita microteaching tersebut. Kata bijak “belajar yang baik adalah sembari melakukan dan merasakan” memang sangatlah benar. Dengan melakukan dan merasakan menjadi guru dan murid kita bisa belajar banyak hal yang tidak kita dapatkan hanya dengan mendengarkan cerita atau mebaca buku tips sukses mengajar. Itulah yang benar-benar aku rasakan selama sesi ini.

“Menolong Tanpa Minta Nama, Tuhan Beserta Kita”